Ekowisata Madu Sialang Gunung Sahilan - Madu sialang adalah madu yang diperoleh dari pohon-pohon sialang. Namun, sejatinya madu tersebut tidak hanya bersarang di Pohon Sialang, tetapi juga di pohon-pohon lain yang memiliki struktur batang tinggi dan besar. Dalam agama Islam, Al-Qur’an menempatkan lebah madu secara istimewa dalam sebuah surat yaitu An-Nahl (Lebah Madu).
Dalam salah satu ayatnya, Surah An-Nahl ayat 68-69, disebutkan: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia" Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
Perjalanan Menuju Desa Gunung Sahilan
Beberapa waktu lalu, kami berkesempatan menikmati Ekowisata Madu Sialang di Desa Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar. Dari Pekanbaru, Desa Gunung Sahilan ini mudah diakses dengan perjalanan sekitar 60 menit. Jalan yang beraspal membuat perjalanan terasa cepat. Untuk sampai ke tujuan, kita harus melewati jalan sejauh 6 km dari Simpang Desa Kebun Durian yang berada di antara Pekanbaru dan Telukkuantan.
Sambutan Hangat di Desa Gunung Sahilan
Setibanya di Desa Gunung Sahilan, kami disambut oleh Pengurus Kelompok Tani Madu Sialang dan disuguhi Welcome Drink Madu. Setelah menikmati welcome drink, kami melanjutkan perjalanan ke tepian sungai, dipandu oleh satu kelompok pemanjat pohon sialang. Kami menaiki sampan mesin menuju hutan di kampung seberang. Sekitar 45 menit menaiki sampan, kami tiba di hutan yang masih memiliki banyak pohon besar dan menjulang tinggi.
Tradisi Produksi Madu di Gunung Sahilan
Di Desa Gunung Sahilan, kegiatan produksi madu dari lebah di hutan-hutan sekitar desa sudah dilakukan secara turun-temurun dan menjadi mata pencaharian bagi penduduk setempat. Dahulu, mereka lebih banyak bermata pencaharian sebagai penebang hutan, bertani, berkebun, dan nelayan. Kami dan kelompok pemanjat pohon sialang menggunakan pakaian berlapis dan penutup kepala untuk meminimalisir gigitan lebah.
Metode Pemanenan Madu yang Ramah Lingkungan
Metode pemanenan madu sialang ini sudah tidak lagi menggunakan cara tradisional dengan pengasapan, tetapi menggunakan cara yang lebih ekstrem dan ramah lingkungan yang disebut dengan panen madu lestari. Pemanen madu memanjat pohon tinggi dengan tali pengaman seadanya, kemudian mencari sarang madu yang siap dipanen dan memotong sebagian sarang madu tersebut. Mengapa sebagian dan tidak seluruhnya? Karena dengan cara ini, lebah yang sarangnya diambil dapat kembali ke sarang tersebut dan membangun kembali sarangnya, sehingga sarang yang telah dipanen dapat dipanen kembali dalam 33 hari.
Pemberdayaan Ekonomi Melalui Produksi Madu
Masyarakat Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau, mengolah madu secara turun-temurun sebagai upaya pemberdayaan ekonomi. Hal ini juga menjaga kelestarian hutan. Madu dari pohon rengas, sialang, atau pohon lainnya di Gunung Sahilan didistribusikan oleh Oriflame dengan kemasan yang lebih menarik. Oriflame mendistribusikan sekitar 2000 botol madu ukuran 220 ml dengan kadar air 18% tiap bulannya.
Satu batang pohon sialang, rengas, atau pohon lainnya dapat memiliki sekitar 100 sarang lebah atau sekitar 30 sarang lebah saat trek. Madu dapat dipanen setiap 33 hari. Potensi ekonomi dari hutan penghasil madu ini masih banyak yang belum tergali maksimal. Misalnya, minimal terdapat 50 pohon, ditambah dengan calon pohon, dikalikan minimal 25 sarang lebah per pohon yang dapat dipanen setiap 33 hari, hasilnya sangat luar biasa. Ekonomi masyarakat tumbuh, dan mereka tidak perlu membuka lahan kebun sawit atau karet dengan menebang hutan.
Hutan tetap terjaga dan lestari. Bahkan, masyarakat di sana memiliki nilai tawar yang lebih tinggi dan dapat bernegosiasi untuk menaikkan harga jual ke pihak Oriflame, atau mencari pihak lain yang bersedia mendistribusikan madu ini. Hebatnya, madu dari Gunung Sahilan ini diekspor ke Swedia. Ini adalah peluang ekonomi dan bisnis yang luar biasa.
Semoga masyarakat Gunung Sahilan, Lubuk Kembang Bungo, Mentulik, Rantai Kasih, Ukui, dan Langgam serta penghasil madu di Riau mampu menangkap peluang ini dan tidak hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Proses Pengolahan Madu
Madu yang didapat kemudian dikumpulkan dan ditiris, selanjutnya dilakukan proses pemisahan air dan madu. Madu-madu terbaik akan dijual, dan sebagian dikonsumsi oleh warga Gunung Sahilan.
Potensi Ekowisata Madu Sialang
Selain itu, ekowisata madu sialang di Gunung Sahilan juga menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung proses pemanenan madu di pohon-pohon tinggi. Wisatawan dapat belajar mengenai pentingnya konservasi hutan dan bagaimana masyarakat lokal hidup berdampingan dengan alam. Pengalaman ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Dampak Positif Ekowisata bagi Masyarakat
Ekowisata madu sialang ini juga berpotensi menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, peluang usaha baru dapat terbuka, seperti penginapan, restoran, dan jasa pemandu wisata. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat.
Masa Depan Ekowisata Madu Sialang
Dalam jangka panjang, keberhasilan ekowisata madu sialang di Gunung Sahilan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi serupa. Dengan pengelolaan yang baik, ekowisata dapat menjadi alat untuk pelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta diperlukan untuk memastikan keberlanjutan ekowisata ini.
Harapan untuk Masa Depan
Di akhir kunjungan kami, kami merasa terinspirasi oleh semangat dan dedikasi masyarakat Gunung Sahilan dalam menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan. Ekowisata madu sialang di Gunung Sahilan bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga simbol keberhasilan masyarakat dalam memadukan pelestarian alam dengan pemberdayaan ekonomi. Kami berharap, langkah positif ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.
Source: riaudailypoto.com